Selasa, 17 Februari 2009

14 Negara Pulau Terancam Hilang

Ekonomi Hijau untuk Dorong Ekonomi Global

KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pulau-pulau yang makin tenggelam
/

Selasa, 17 Februari 2009 10:14 WIB

JAKARTA, SELASA - Tanpa upaya mereduksi emisi gas-gas rumah kaca - terutama karbon dioksida - ke atmosfer, dalam jangka panjang bukan hanya pola iklim dan siklus hidup berubah. Hilangnya ribuan pulau, termasuk 14 negara pulau di muka bumi ini, akan mengubah peta dunia.
Bencana ini disebabkan naiknya permukaan laut karena mencairnya es di kutub. Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi dalam pidato kunci pada Pertemuan Ke-25 Dewan Pengarah (Governing Council) Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) di Nairobi, Kenya, Senin (16/2), mengingatkan kembali dampak global dari perubahan iklim.
Pencemaran gas-gas rumah kaca telah berdampak nyata pada naiknya suhu muka laut, mencairnya es di kutub, naiknya tinggi muka laut, tenggelamnya pulau-pulau, serta hancurnya terumbu karang akibat pengasaman dan melemahnya ketahanan pangan dari laut.
Karena itu, dalam pertemuan yang dihadiri delegasi dari 136 negara itu, Freddy mengajak UNEP mengangkat isu laut dan perubahan iklim serta mengundang dunia untuk bersama-sama hadir di World Ocean Conference (WOC) 2009 di Manado untuk menyepakati Manado Ocean Declaration (MOD).
Dalam pertemuan yang akan berlangsung hingga Jumat, delegasi RI dipimpin oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, beranggotakan Gubernur Sulut sebagai Wakil Ketua Panitia WOC Sinyo H Sarundajang, Sesmenko Kesra/Sekretaris WOC Indroyono Soesilo, Dubes RI di Kenya Budi Bowoleksono, Deputi II Menneg LH Masnellyarti Hilman, Dirjen Multilateral Deplu Rezlan Jenie, dan Kepala BRKP-DKP Gelwyn Yusuf.
Target delegasi Indonesia adalah melaporkan persiapan WOC, Coral Triangle Initiative Summit, dan draf MOD.
Tampil menyampaikan pidato kunci lainnya, yaitu Menteri Pertanian Belanda Gerda Verburg dan Inspektur United Nations System Tadanori Inamata.
Pulau tenggelam
Indroyono Soesilo menambahkan, di antara peserta pertemuan hadir delegasi dari Small Islands Development State (SIDS) yang menyatakan kesediaannya untuk hadir dalam WOC 2009. Mereka akan mendukung MOD sebagai upaya untuk mitigasi dan adaptasi menghadapi perubahan iklim.
Diperkirakan dari 44 anggota SIDS, 14 negara kecil di antaranya terancam hilang akibat naiknya permukaan laut, antara lain beberapa negara pulau di Samudra Pasifik, yaitu Sychelles, Tuvalu, Kiribati, dan Palau, serta Maladewa di Samudra Hindia.
Akibat pemanasan global, minimal 18 pulau di muka bumi ini telah tenggelam, antara lain tujuh pulau di Manus, sebuah provinsi di Papua Niugini. Kiribati, negara pulau yang berpenduduk 107.800 orang, sekitar 30 pulaunya saat ini sedang tenggelam, sedangkan tiga pulau karangnya telah tenggelam.
Maladewa yang berpenduduk 369.000 jiwa, presidennya telah menyatakan akan merelokasikan seluruh negeri itu. Sementara itu, Vanuatu yang didiami 212.000 penduduk, sebagian telah diungsikan dan desa-desa di pesisir direlokasikan
Karena ancaman nyata itu, delegasi dari negara kepulauan tersebut serta Aljazair dan Tanzania sangat mendukung WOC dan akan hadir di Manado, mengingat negara tersebut terancam hilang dari muka bumi ini akibat perubahan iklim.
Indonesia sendiri berpotensi kehilangan 2.000-an pulau pada tahun 2030 bila tidak ada program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, ujar Indroyono, yang juga mantan Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP.
Ekonomi hijau
Dalam pertemuan itu UNEP mengusung tema ”Green is the New Deal”. Meski dunia tengah didera krisis finansial, krisis lingkungan akibat perubahan iklim tetap lebih parah dampaknya. Karena itu, UNEP memperkenalkan green economy, termasuk ketahanan pangan, biofuel, dan berupaya terus mengangkat isu kelautan ke dalam program UNEP, kata Indroyono.
Direktur Eksekutif UNEP Ahiem Steiner dalam sambutannya juga menyatakan mendukung WOC dan memberikan komitmennya akan membawa hasil-hasil WOC dan MOD pada COP-15 UNFCCC yang akan diadakan di Kopenhagen, Desember 2009.Yuni Ikawati

Minggu, 08 Februari 2009

Terhantam Ombak, KRI Kupang Nyaris Tenggelam

Kompas.com
Artikel Terkait:
KRI Kupang Kandas di Perairan Madura

Minggu, 8 Februari 2009 09:55 WIB
Laporan wartawan Kompas Nina Susilo
SURABAYA, MINGGU — Karena terhantam ombak, kapal perang RI Kupang-581 nyaris tenggelam. KRI Kupang jenis landing ship tank (LST) kecil ini berusia 20 tahunan.
"KRI Kupang kemasukan air karena ombak besar menghantam buritan. Namun, Komandan KRI Kupang Kapten Laut (P) Suyadi segera mengarahkan kapal ke daerah dangkal dan lego jangkar sambil mengirim sinyal ke kapal terdekat," tutur Kepala Dinas Penerangan Armada RI Kawasan Timur Letkol Laut (Kh) Toni Syaiful, Minggu (8/2) di Surabaya.
KRI Slamet Riyadi yang baru menunaikan tugas operasi menuju Surabaya dan berada di perairan dekat KRI Kupang segera membantu. Selain itu, kata Toni, sedang disiapkan drum-drum kosong supaya KRI Kupang bisa diangkat, airnya dikeluarkan, dan dilas seperlunya. Setelah bisa mengambang kembali, KRI Kupang akan ditarik ke Surabaya.

Sabtu, 07 Februari 2009

LCT SURYA SAMUDRA @PELABUHAN CIREBON




L/O DERMAGA PELABUHAN CIREBON

LCT AYU 18








LCT AYU 18: Datang Tgl. 30 Januari 2009 : Berangkat Tgl. 31 Januari 2009